Rabu, 24 Mei 2017

Tentang Doa Rosario



Tentang Doa Rosario

Doa Rosario merupakan sebuah Doa dalam tradisi Greja Katolik. Doa Rosario merupakan renungan atas misteri keselamatan mulai dari saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan mengutus Roh Kudus – seluruhnya ada 20 peristiwa.


Doa Rosario merupakan doa renungan. Sambil mendaraskan doa Salam Maria berulang-ulang sebanyak 10 kali para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai di dalam rosario. Pemahaman dan praktik ini sangat ditekankan oleh sejumlah dokumen dan pernyataan pimpinan Gereja.

Doa Rosario adalah ringkasan Injil


Doa Rosario merupakan "ringkasan Injil", karena di dalamnya dirangkai dan direnungkan sejarah keselamatan yang dipaparkan dalam Injil. Mulai dari kisah-kisah sekitar peristiwa inkarnasi sampai dengan peristiwa kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Dengan ditambahkannya sebuah rangkaian peristiwa baru, yakni peristiwa terang, doa Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh. 

Kini renungan Rosario mencakup: peristiwa-peristiwa sekitar inkarnasi dan masa kecil Yesus (peristiwa-peristiwa gembira), peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum (peristiwa-peristiwa terang), peristiwa-peristiwa sekitar sengsara-Nya (peristiwa-peristiwa sedih), dan kenangan akan kebangkitan-Nya (peristiwa-peristiwa mulia). (RPM no. 19)

Berikut sejumlah dokumen dan pernyataan pimpinan gereja :

Doa rosario adalah salah satu tradisi kontemplasi Kristiani yang terbaik dan paling berharga. Rosario adalah doa renungan yang khas. (Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae no. 5).

Doa Rosario adalah sarana yang paling efektif untuk mengembangkan diri di kalangan kaum beriman, suatu komitmen untuk merenungkan misteri Kristiani; ini sudah saya usulkan dalam surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai "latihan kekudusan" yang sejati. Kita memerlukan kehidupan Kristiani yang menonjol dalam seni berdoa. (No. 32: AAS 93 (2001), 288).

Doa Rosario adalah doa renungan yang sangat indah. Tanpa unsur renungan, doa Rosario akan kehilangan maknanya. Tanpa renungan, doa Rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan menjadi pengulangan kata-kata secara mekanis. Ini bertentangan dengan anjaran Yesus: 'Dalam doamu, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan' (Mat 6:7). Sedari hakikatnya, pendarasan Rosario membangun irama yang tenang dan tetap. Ini akan membantu orang untuk merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus. (Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 156; RPM no. 12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar